Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

5 Strategi Melaksanakan Pembelajaran Berdiferensiasi Di Kelas

 Di kelas Bapak/Ibu, pasti ada ya siswa yang lebih lambat dari teman-temannya dalam memahami pelajaran atau menyelesaikan tugas. Nah, untuk siswa-siswa seperti ini, apa yang Bapak/Ibu lakukan? 

Apakah cukup dengan melakukan remedial di akhir materi pelajaran atau akhir semester? Kalau iya, ini masih belum dianggap cukup ya dikurikulum Merdeka. 

Karena sepanjang semester siswa yang dari awal sudah kurang paham dan memang lebih lambat akan semakin tertinggal dari teman-temannya.

Untuk siswa-siswa ini pembelajaran di kelas kurang efektif, karena tidak dapat diikuti dengan baik. Akan lebih baik lagi jika mereka bisa diidentifikasi dari awal lalu diberikan pelajaran tambahan. Agar siap mengikuti kelas.

Tindakan pencegahan ini dilakukan dengan pembelajaran berdiferensiasi. Yuk sekarang kita bahas pengertian dan strategi melaksanakannya.

Setiap siswa memiliki kebutuhan belajar yang beragam. Siswa yang belum siap belajar akan butuh pelajaran tambahan. Namun siswa yang kesiapan belajar sangat tinggi malah butuh tantangan lebih, agar tidak bosan dan tetap termotivasi. 

Namun tidak hanya kesiapan belajar. Kebutuhan belajar siswa juga ditentukan dari berbagai faktor seperti; gaya belajar serta minat dan bakatnya masing-masing.

Apa itu diferensiasi dalam kurikulum merdeka?

Nah, kebutuhan belajar yang beragam ini perlu dipenuhi sebaik mungkin agar semua siswa dapat merasakan pembelajaran yang sukses dan menyenangkan di kelas.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah sebutan untuk penyelenggaraan pembelajaran yang memenuhi ragam kebutuhan belajar ini.

Baca juga: Pembelajaran Berbasis Proyek dan Contohnya

Bagaimana cara melakukan pembelajaran berdiferensiasi 

1. Bapak/Ibu perlu melakukan pemetaan kebutuhan belajar siswa. Kebutuhan belajar ini bisa diidentifikasi lewat kegiatan yang dinamakan assessment diagnostik. 

2. Buatlah rencana berdasarkan hasil pemetaan sebelumnya.

Bapak/ibu dapat mempertimbangkan 5 jenis strategi diferensiasi dalam membuat rencana pembelajaran. Semua strategi ini dapat diterapkan berdasarkan identifikasi kesehatan, gaya belajar maupun minat masing-masing siswa.

1. Diferensiasi konten atau apa yang akan dipelajari.

Konten dapat dibedakan untuk kelompok siswa yang belum paham, paham sebagian atau paham utuh. Misalkan, Bapak/Ibu ingin melakukan diferensiasi konten untuk topik penggunaan data dan statistika pada mapel matematika kelas 7.

Untuk kelompok siswa yang belum paham, bapak/ibu dapat mengulang kembali Konsep ini dan meminta mereka mengerjakan ulang latihan yang sama.

Untuk kelompok siswa paham sebagian. Bapak/Ibu boleh fokus pada bagian-bagian konsep yang belum dipahami saja.

Untuk kelompok siswa yang paham utuh. Bapak/Ibu boleh memberikan tugas yang lebih menantang seperti; menghitung mean, median, modus dari data di dunia nyata.

Contoh lainnya lagi diferensiasi konten berdasarkan gaya belajar siswa. Misal, untuk topik ekosistem pada mapel IPA kelas 4 SD. Kelompok siswa dengan gaya belajar audio dan visual dapat menonton video pembelajaran, sedangkan kelompok kinestetik dapat mengamati lingkungan sekitar.

Diferensiasi konten juga mungkin dilakukan berdasarkan minat siswa. Misal, untuk topik puisi pada mapel bahasa Indonesia kelas 10. Kelompok siswa yang menyukai alam boleh diberikan puisi bertemakan alam seperti; pantai, gunung, atau hewan.

Kelompok siswa yang menyukai filosofi dapat diberikan puisi bertemakan perenungan diri atau kehidupan.

Siswa yang menyukai tema sosial dapat diberikan puisi mengenai kesenjangan sosial, toleransi atau persamaan hak.

2. Diferensiasi proses atau cara siswa mempelajari materi ajar.

Contohnya untuk topik satuan ukur pada matematika kelas 2 SD. Kelompok siswa yang menyukai alam dapat mengukur lingkar batang pohon. 

Sedangkan kelompok siswa yang menyukai seni dapat mengukur bingkai lukisan didinding. Kelompok siswa yang menyukai kegiatan fisik dapat mengukur jarak lompatan yang dilakukan.

3. Diferensiasi produk atau apa yang dihasilkan siswa setelah mempelajari materi ajar.

Produk bisa bermacam-macam, misalnya; presentasi, hasil tes, prakarya, pertunjukan dan sebagainya.

Contoh diferensiasi produk misalnya; untuk topik fungsi manajemen dalam kegiatan sekolah pada mapel IPS kelas 10 SMA. 

Kelompok siswa dengan gaya belajar visual dapat memilih produk akhir berupa poster atau komik untuk menjelaskan manajemen kegiatan sekolah yang telah dilakukannya.

Kelompok siswa dengan gaya belajar audio dapat membuat podcast. Sedangkan kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik dapat melakukan roleplay atau drama pendek

4. Diferensiasi lingkungan belajar

Contohnya, Bapak/Ibu bisa mengatur meja dan kursi di kelas. Sehingga sesuai untuk kegiatan kelompok atau menyiapkan media audio dan visual untuk mendukung aktivitas pembelajaran berdasarkan gaya belajar siswa.

5. Evaluasi Pembelajaran

Jangan lupa untuk melakukan evaluasi dan refleksi pembelajaran setelah melaksanakan berbagai strategi diferensiasi yang disebut tadi. 

Yang sudah berjalan dengan baik dapat diulang dan ditingkatkan kembali di pembelajaran mendatang. Sedangkan yang belum berjalan dengan baik dapat dicarikan solusinya.

Baca juga: 8 Cara Modifikasi Modul Ajar Yang Dapat Anda Lakukan

Nah, itulah pembahasan tentang pengertian dan strategi pembelajaran berdiferensiasi. Tentu jelas ya, kalau dengan pembelajaran berdiferensiasi fokus seorang guru bukanlah pada cakupan materi pelajaran. 

Tapi pada cara mengajar yang sesuai dengan siswanya. Guru diharapkan dapat bersikap proaktif dalam mengantisipasi kebutuhan belajar siswa. Serta mementingkan kualitas pengalaman belajar siswa dibanding kuantitas materi atau tugas yang diberikan.

 Akhir kata kami berharap bapak ibu/guru tetap bersemangat belajar dan semakin hebat di era Merdeka belajar ini.

Aksa Asri
Aksa Asri Tempatku melamun akan berbagai hal :")

Post a Comment for "5 Strategi Melaksanakan Pembelajaran Berdiferensiasi Di Kelas"